Movie Review: Teenage Mutant Ninja Turtles (2014)
“Remember, nothing is as strong as family.”
Hadirnya reboot dari film-film dengan elemen ikonik seperti ini merupakan sesuatu yang harus disambut dengan tangan terbuka, tentu saja terlepas dari misi yang ia bawa, bisa menjadi sebuah update yang baik, sebuah pesta bagi para fans, pengeruk keuntungan semata, atau justru hanya topeng dari terbatasnya ide segar yang dimiliki insan perfilman. Celakanya film ini tidak mampu mengkombinasikan hal-hal tersebut dengan cermat, Teenage Mutant Ninja Turtles, a soulless and charmless entertainment from ninjutsu warriors. Cowabummer!
Wanita yang berprofesi sebagai reporter di Channel 6 bernama April O'Neil (Megan Fox) suatu ketika mengatakan kepada rekan kameramen nya, Vernon Fenwick (Will Arnett), bahwa ia telah bosan dengan liputan sederhana yang mereka lakukan. Ternyata dewi keberuntungan mendengar keluhan tersebut, dengan menggunakan sepeda miliknya pada malam hari April menjadi saksi dari aksi kejahatan yang dilakukan oleh Foot Clan, sindikat penjahat yang dipimpin oleh Shredder (Tohoru Masamune), dan berencana untuk mengambil alih kota New York.
Sayangnya peran kecil yang ia punya selama ini menjadikan laporan terkait insiden tersebut dianggap sebagai sebuah lelucon oleh pimpinan April, Bernadette (Whoopi Goldberg), hal yang bertolak belakang dengan respon positif dari pria bernama Eric Sacks (William Fichtner) yang percaya pada kesaksian April karena punya kaitan pada studi mutagen yang pernah ia lakukan, bahwa April telah bertemu dengan empat kura-kura seukuran dengan ukuran yang lebih besar dari manusia dan dilatih oleh tikus bernama, Michelangelo (Noel Fisher), Donatello (Jeremy Howard), Raphael (Alan Ritchson), dan Leonardo (Johnny Knoxville).
Mengapa ada kata bummer di bagian pembuka tadi? Karena saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan dari film ini, sebuah petualangan dengan cita rasa ringan yang mampu membawa penontonnya bersenang-senang bersama perputaran yang bukan hanya bebas namun juga menarik. Tentu saja Teenage Mutant Ninja Turtles tidak identik dengan cerita yang rumit, cukup hadirkan kekacauan, ciptakan perkelahian skala sedang yang gila, kemudian selipkan aksi saling ejek diantara empat bersaudara yang dilatih tikus bernama Splinter (Tony Shalhoub) dengan sentuhan pizza di dalamnya, tapi masalahnya adalah kisah yang ditulis oleh Josh Appelbaum, André Nemec, dan Evan Daugherty itu tidak berhasil menciptakan wadah agar kekacauan tadi mampu menunjukkan pesona mereka.
Title : Movie Review: Teenage Mutant Ninja Turtles (2014)
Description : Movie Review: Teenage Mutant Ninja Turtles (2014) “Remember, nothing is as strong as family.” Hadirnya reboot dari film-film de...
Description : Movie Review: Teenage Mutant Ninja Turtles (2014) “Remember, nothing is as strong as family.” Hadirnya reboot dari film-film de...
0 Response to "Movie Review: Teenage Mutant Ninja Turtles (2014)"
Post a Comment